Hidayatullah.com – Tugas membersihkan masjid biasanya hanya menjadi tanggungjawab takmir, tetapi tidak bagi sekumpulan anggota komunitas Love Masjid. Berdiri sejak 2013 lalu, komunitas yang berdomisili di Jogjakarta ini setiap harinya mendatangi masjid untuk mereka bersihkan.
“Love masjid adalah sebuah gerakan pemerhati masjid, fokus kami ada 2, bersih-bersih masjid dan menyuplai konsumsi untuk masjid yang menyelenggarakan kajian Islami,” tutur Bejo Kahono, salah satu komandan komunitas Love Masjid saat dihubungi hidayatullah.com beberapa waktu lalu.
Menurut Bejo, gerakan ini bukan sekedar membersihkan masjid, tetapi juga menyampaikan pesan, khususnya kepada para takmir, untuk lebih totalitas dalam memberikan kenyamanan bagi jama’ah guna meningkatkan kemakmuran masjid.
“Yang kami temukan kebanyakan hanya membersihkan lantai dan karpet, tapi atap, kaca, ventilasi, dan banyak bagian lain masih kotor,” ungkapnya.
Love Masjid sendiri, jelas Bejo, berusaha semaksimal mungkin untuk membersihkan masjid secara totalitas. Tidak hanya bagian-bagian atau wilayah yang jarang disentuh, tetapi sampai produk dan alat kebersihan yang digunakan adalah dengan kualitas standar hotel berbintang.
“Semua perlengkapan dan cairan yang kita gunakan kami beli di mall khusus peralatan kebersihan, tentunya memang dengan harga yang tidak murah. Namun ini merupakan bentuk komitmen kami terhadap kebersihan masjid,” jelas mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jogja ini.
Pasukan Tadabur
Selain membersihkan masjid, komunitas Love Masjid juga memiliki program bernama Pasukan Tadabur, singkatan dari tangi-tangi dahar bubur, tangi-tangi dahar bukhori telur (artinya bangun tidur sarapan bubur dan nasi bukhori). Yaitu menyediakan konsumsi berupa bubur ataupun nasi bukhori telur untuk masjid yang menyelenggarakan kajian setiap hari Ahad.
“Kami menyediakan 50 sampai 100 porsi untuk setiap kali kajian, dan itu gratis. Kalaupun misalnya jumlahnya lebih dari itu, bisa membeli di kami untuk sisanya,” tutur Bejo.
Namun begitu, Bejo mengatakan, Pasukan Tadabur juga menyediakan konsumsi bagi masjid yang menyelenggarakan kajian di hari-hari biasa, hanya saja berupa snack atau makanan ringan.
Menurut pria yang juga pernah menjadi marbot masjid ini, sudah ratusan masjid di Jogjakarta yang didatangi komunitas Love Masjid untuk dibersihkan dan disuplai konsumsi.
Terkait sumber dana, Bejo menjelaskan bahwa komunitas Love Masjid tidak membuat proposal atau semacamnya. Namun ada saja rezeki berupa infaq dan sedekah yang datang untuk digunakan sebagai biaya operasional.
“Biasanya ada dari jama’ah ustadz kami yang setelah mengetahui komunitas Love Masjid kemudian tertarik untuk ikut membantu program-program kami,” terangnya.
“Meski kita tidak ada fundrising, kita yakin sama Allah, ketika kita mau membantu sesama, kami yakin Allah akan menolong kita. Keyakinan itulah yang kami bawa,” tambah Bejo.
Dicurigai Mencuri Kotak Infaq
Bejo menceritakan, ketika gerakan Love Masjid ini belum terlalu dirasa manfaatnya dan belum banyak dikenal masyarakat luas, Ia bersama teman-temannya sering dicurigai ingin mencuri kotak infaq berkedok membersihkan masjid.
“Kita pernah mengalami masa dimana berangkat itu masih naik motor (sekarang sudah ada mobil operasional yang juga sebagai identitas, red) sambil membawa perlengkapan dan lain sebagainya. Sehingga banyak warga sekitar masjid yang curiga terhadap kita, padahal kita benar-benar ingin membantu membersihkan masjid,” ujarnya mengenang.
Kini, komunitas yang beranggotakan 30 relawan tersebut, justru banyak dicari pengurus masjid untuk membersihkan masjid dan menyuplai konsumsi.
“Sekarang takmir yang membutuhkan kami, jadi sekarang harus menghubungi kami terlebih dahulu, baru kita akan kesana. Sekaligus mengatasi adanya prasangka buruk dari masyarakat sekitar kalau kita langsung datang kesana,” ungkapnya.
Bejo menyatakan melalui gerakan ini, komunitas Love Masjid juga ingin menyampaikan kepada pengurus masjid untuk lebih “berani” mengeluarkan budget besar demi kebersihan masjid secara maksimal, serta mengundang jamaah termasuk dengan menjamu konsumsi yang “mewah” sebagai salah satu strateginya.
“Eman (sayang) kalau masjid sudah bagus, dibagusi lagi, kasnya hanya untuk pembangunan saja. Lebih baik dialokasikan untuk program yang bertujuan untuk memakmurkan masjid” tutupnya.*
Sumber: http://www.hidayatullah.com
0 komentar:
Posting Komentar