Benner

Benner

Kamis, 04 Februari 2016

Selintas Sekolah Berbasis Masjid

Latar Belakang


Kepemimpinan sebuah bangsa harus dipersiapkan sejak dari masa kanak-kanak, remaja, dan usia muda. Mengelolanya dengan baik untuk mengantarkannya menuju karakter pemimpin yang dilandasi oleh terjaganya moralitas dan terasahnya interlektualitas, namun yang kita rasakan saat ini, lingkungan tempat para remaja kita tumbuh dan mengembangkan dirinya semakin lama semakin tidak layak untuk menjadi tempat belajar dan membentuk pribadi

Oleh karena itu, adalah tugas dan tanggung jawab bersama, untuk menciptakan suatu kondisi yang mendorong remaja Islam untuk tumbuh dan berkembang sebaik-baiknya dengan memberikan kesempatan dan media kepada mereka untuk belajar, berpikir, bermain, serta beribadah untuk mengenal diri, lingkungan dan Tuhannya dengan sebaik-baik pengenalan

Saat ini di seluruh pelosok Indonesia telah berdiri TPA-TPA dan madrasah pemberantasan buta huruf Al-Qur'an, yang hasilnya secara signifikan telah dapat kita rasakan bersama. Akan tetapi budaya wisuda TPA ternyata telah berdampak pada melemahnya motivasi mengaji setelah menyelesaikan program tersebut. Padahal masa-masa sekitar usia SLTP saat ini menjadi usia yang semakin rawan dari segala pengaruh negatif. Berangkat dari keprihatinan ini perlu kiranya kita memberikan alternatif lembaga yang tepat untuk pembinaan diri remaja.

Mosque Schooling (Sekolah Berbasis Masjid) adalah sebuah pembinaan pasca TPA yang merupakan program pembinaan nilai-nilai Islami secara intensif dengan sasaran remaja usia akhir sekolah dasar hingga akhir Sekolah Menengah Pertama. Tujuan program ini adalah memberikan dasar pemahaman dan pengamalan Islam, pembentukan akhlaq serta pematangan emosi bagi peserta didik

Program Mosque Schooling (Sekolah Berbasis Masjid) terdiri dari 3 bagian penting, pendidikan akhlak dengan cerita para sahabat Rasulullah SAW pilihan, peningkatan kualitas akademik dan pendidikan keterampilan hidup ( life skill ) yang didalamnya tercakup kajian kepemimpinan, early entrepreunership program dan outbound sebagai penunjangnya

Sejarah SBM

Mosque Schooling (Sekolah Berbasis Masjid) adalah sebuah kelanjutan dari ide besar yang telah dikembangkan oleh rekan-rekan aktifis remaja masjid di Yogyakarta yang bernana Sentra Generasi Harapan atau SGH. SGH muncul setelah selaksa kekhawatiran kepada para remaja oleh sebagian aktifis remaja masjid di Yogyakarta akan pudarnya nilai-nilai yang sekian lama ditanamkan sejak bangku TPA dan TKA, karena beranjaknya usia mereka berbanding lurus dengan tarikan-tarikan pengaruh negatif yang melingkupi lingkungan bermain mereka.

Pada tahun 2001, dimulailah sebuah bentuk pendidikan alternatif yang ditujukan untuk akan usia SLTP, selepas mereka menamatkan pendidikan TPA dan TKA. Perbedaan usia menjadikan kurikulum yang juga berbeda. Saat itu SGH hanya mengambil porsi pendidikan Islami dan sebahagian akademic skill dan outbound. SGH diadakan setiap sabtu sore dan sering disebut dengan Sekolah Remaja.

Pada tahun 2006, SGH diperkenalkan pada acara Muktamar Pertama JPRMI dan mulai dibicarakan untuk diangkat ke tingkat Nasional dan dijadikan sebagai produk unggulan.

Atas seijin para pendiri SGH, Pengurus Pusat JPRMI mengadakan perubahan mendasar baik dari sisi kurikulum maupun teknologi pembelajaran, SGH dan SBM memiliki kesamaan dalam semangat memperbaiki generasi penerus dan membendung efek negatif pergaulan remaja yang mulai destruktif

Pada akhirnya SGH berubah nama menjadi Mosque Schooling atau Sekolah Berbasis Masjid (SBM) mengingat sangat eratnya kaitan antara pendidikan ini dengan masjid

TUJUAN

1. Menjadi wadah pendidikan non formal dalam pembinaan remaja Islam.

2. Terjaminnya keberlanjutan pendidikan dan pembinaan agama Islam dikalangan remaja.

3. Melahirkan generasi pemuda yang memiliki pemahaman dan kepribadian yang islami yang utuh, baik secara ruhani, jasmani dan intelektual

SASARAN DAN TARGET

Remaja Islam pasca TPA dengan usia remaja antara kelas 5 Sekolah Dasar hingga kelas 3 Sekolah Menengan Pertama

KURIKULUM SBM

SBM mengambil 3 kurikulum besar :

1. Pemahaman Keislaman

2. Bahasa Inggris

3. Life Skill (Keterampilan Hidup)

SahabatNabi2smallPemahaman Keislaman dilakukan dengan mengambil cerita sejarah hidup sahabat pilihan dan mengeksplorasi karakter yang termuat dalam cerita sahabat tersebut, sedangkan karakter yang akan dikembangkan dalam SBM ini ada 10 karakter Yaitu : Aqidah yang lurus, Ibadah yang benar, Akhlak yang baik, Fisik yang kuat, Kesungguhan, Cerdas, Disiplin, Cermat, Berguna bagi orang lain, dan berjiwa Wirausaha

Setiap cerita sahabat, akan dieksplorasi sifat-sifat yang terkandung didalamnya dengan pancingan pertanyaan kepada para santri dan jawaban yang telah disediakan untuk para teachers. Untuk itu akan diberikan training tehnik bercerita sejarah hidup sahabat kepada remaja yang diadakan untuk para teachers. Sedangkan para santri dibekali dengan komik sahabat yang isinya sama dengan apa yang diceritakan oleh para teachers. Dalam satu bulan ada 3 episode kehidupan sahabat yang akan dibahas, ditutup dengan drama tentang sahabat tersebut pada pekan keempat

SBM menggunakan metodologi Spider Web, yang kurang lebih artinya adalah bahwa seluruh apa yang didapat santri saling berkaitan satu sama lain.

Kurikulum Bahasa Inggris, akan mengambil tema-tema tentang sahabat pada bulan tersebut. Metodologi pengajarannya ditekankan pada conversation ringan tentang sahabat.

Ketika berbicara tentang sahabat yang bekas seorang budak kemudian mampu menjadi Gubernur Kuffah (presiden Irak), maka Lifeskill yang diberikan adalah memupuk kepercayaan diri.

Pada kurikulum LIfeskill juga ditanamkan program Early Entrepreneurship Program, dengan tujuan memupuk jiwa wira usaha dan mengikis ketergantungan secara ekonomi kepada kedua orang tua dan lingkungannya, setiap bulan pada semester ketiga, diadakan market day, wadah pemasaran produk mereka sendiri baik untuk sekolahnya maupun lingkungan sekitar SBM.

Sebelum memulai kelas, dilakukan program hafalan juz 29 dan 30 terlebih dahulu selama 15 menit, diharapkan dalam 3 tahun pendidikan SBM, dicapai hafalan santri sebanyak dua juz tersebut

TeacherHandBooksmallSecara garis besar, kami mempunyai 3 cita-cita besar dengan kurikulum ini :

1. Santri memahami dan mendalami serta mempraktekan karakter yang terkandung dalam cerita sahabat dan dieksplorasi oleh para teachers mereka

2. Santri diharapkan mampu melakukan drama dalam bahasa Inggris di semester ke-5 dan para teachers mampu membuka kelas awal dalam bahasa Inggris

3. Santri diharapkan mampu survive dalam 2 hal, survive secara sosial, mampu bergaul, memimpin dan berorganisasi karena diajarkan tentang hal tersebut, dan santri mampu survive secara ekonomi minimal mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dengan Early Entrepreneurship Program.

Adapted from: http://www.jprmi.or.id/

0 komentar:

Posting Komentar